Guru Sekolah dasar Adalah Peletak Utama Dasar Pendidikan

Sumber Gambar : Pixabay

Guruedukasi - Beberapa ribu orang memandang seseorang yang kenakan peci hitam dan baju putih berlengan panjang, telunjuknya ke arah ke papan catat hitam yang tertulis huruf vocal A-I-U-E-O.

Siapa lagi, jika bukan Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Tidak jauh disana, ada sebuah banner tertulis,"Bantulah usaha pembasmian buta huruf ".

Kata pertama banner itu ialah bantulah. Sebuah ajakan dari pemerintahan pada semua pihak waktu itu untuk mengulurkan tangannya dalam memberantas terbuka aksara. selanjutnya, apa yang terjadi?

Hasilnya dapat disebut hebat bahkan juga bisa disebutkan dahsyat. Dideklarasikannya Pergerakan Pembasmian Buta Huruf (PBH) yang diawali di bulan maret 1948 mengikutsertakan 17 ribu guru dan sekitaran 700 ribu peserta didik yang diadakan di 18.663 lokasi. Sebuah pergerakan nasional yang mempunyai tujuan mengganti Indonesia terlepas dari buta huruf.

Mulai sejak tersebut Indonesia bergerak naik dari warga belum terdidik jadi terdidik. Lalu, apa Indonesia masih tetap ada semangat nasional semacam itu?

Tentu saja ada kemiripan di antara Bung Karno dengan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia sekarang ini yakni revolusi mental. Pemerintahan saat ini ajak bekerjasama dengan semua susunan elemen warga agar bisa mengganti skema melakukan tindakan dan berpikir.

Semua elemen, tanpa kecuali. Intinya ialah guru sebagai perekayasa masa datang, dan peserta didik di dalam kelas sebagai angkatan yang menerima estafet kebangsaan. Digugu dan diikuti, ialah peribahasa jawa yang memiliki kandungan filosofi untuk guru supaya bisa melakukan pekerjaannya bukan hanya mengajarkan dan mendidik saja, tetapi guru harus kuasai kekuatan paedagogis, professional, sosial, personalitas dan melakukan keteladanan.

Terakhir, pada dasawarsa paling akhir ini, seorang guru harus mempunyai kredibilitas tinggi dan mempunyai jiwa revolusioner. Tetapi, animo karier lain pada guru sangat minim. Walau sebenarnya, kekuatan sosial seorang guru di bungkusyaratan cukup banyak sebagai pengurus RT (Rukun Tetangga), atau jadi Ketua RT atau Ketua RW (Rukun Masyarakat) bahkan juga ketua DKM.

Penulis berusaha untuk memperoleh petuah dari Abah Ukar, masyarakat Dayeuhluhur kecamatan Warudoyong, seorang kakek yang telah banyak makan asam garam, berusia delapan puluh dua tahun.

Beliau memberi ide bagaimana triknya menghargakan seorang guru, intinya guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Kenapa guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah?

Abah Ukar mengutarakan, peserta didik sanggup membaca, menulis, hitung, membagikan, mengkalikan, ketahui norma, kuasai pelajaran dasar dilaksanakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, tidak di sekolah menengah.

Jika peserta didik saat ini ditanyakan, karier apa yang diharapkan nantinya? jawabnya ialah ingin jadi Dokter, ingin jadi Pilot, ingin jadi Polisi, ingin jadi Tentara, ingin menjadi pebisnis, ingin menjadi arsitek, ingin menjadi pendesain, bahkan juga ingin menjadi artis. Cuman satu atau dua peserta didik saja yang cita-citanya jadi guru. Tidak seorang peserta didik juga ingin jadi guru SD/MI, apa lagi jadi guru Sekolah Dasar (SD).

Guru ialah pengertian kebaikan. Kebaikan berikut yang sudah dilakukan oleh guru atau yang dapat disebutkan keteladanan. Nilai kebaikan yang mengucur dalam tubuh manusia jadi kewajiban guru saat lakukan alih bentuk ke peserta didik.

Guru harus sanggup menyalurkan nilai kebaikan ke peserta didik supaya jadi sarana pembangunan sudut pandang, perilaku dan sikap. Guru seharusnya berani dan tidak menanti dalam ambil peranan beberapa nabi untuk jaga kemurnian nilai kebaikan dan melanjutkan saluran nilai kebaikan.

Nilai kebaikan ini karakternya masih tetap, ajeg, kokoh dan bisa ikuti perubahan jaman, dia tidak pernah rapuh oleh waktu, apa lagi lenyap ditelan jaman. Guru dalam membuat infrastruktur batin peserta didik harus sanggup menyebar benih nilai kebaikan.

Tanggungjawab berikut yang perlu ditangani oleh guru berdasar panggilan jiwa. Bila aspek ini tercukupi, karena itu ketercukupan rohaniah peserta didik pasti jadi perbekalan yang tidak ternilai harganya. Pengkajian semacam ini sebenarnya sebagai persyaratan guru apa terwujud atau mungkin tidak arah proses evaluasi di dalam kelas.

Guru ahli waris nilai mulia dan nilai kebaikan yang sempat dijalankan oleh beberapa nabi. Karena itu guru disebutkan ahli waris nabi. Ahli waris nilai mulia dan nilai kebaikan ini satu ketika akan disuruh atau bahkan juga ditanyakan kembali titipan berbentuk instruksi mendidik oleh yang memberinya.

Guru SD/MI sebagai peletak dasar pendidikan di Indonesia, sebetulnya mempunyai pekerjaan yang dipikul sangat berat. Bila seorang sebagai peserta didik belajar resmi dari Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (MI) s/d perguruan tinggi sepanjang tujuh belas tahun, karena itu waktu paling lama belajar ialah di SD / MI yakni sepanjang enam tahun.

Belajar dalam pendidikan dasar diawali dengan mengenali identitas dianya tujuan lingkungan dan sendiri. Mulai diperkenalkan huruf, angka, pidato (memerhatikan dan bicara) yang terkait dengan lisan, literatur (menulis dan membaca) yang terkait dengan tulisan mulai didalami. Kekuatan reseptif dan gesturf ini sebagai kapabilitas yang perlu terkuasai oleh peserta didik kelas awalnya di sekolah dasar.

Lalu, guru SD/MI sebagai guru kelas betul-betul dituntut utuk jadi guru sejati. Kenapa? Guru SD/MI diharap tidak cemas dengan berlangsungnya peralihan kurikulum. Sebagai contoh, Kelas awalnya (kelas 1 s.d. 3) masih memakai pendekatan tematik dengan memakai kurikulum 2006 atau kelas 1 dan 2 memakai pendekatan tematik integrasi untuk sekolah yang melakukan kurikulum 2013 dan kelas atas (kelas 4 s.d. 6) masih memakai pendekatan mata pelajaran dengan kurikulum 2006 atau kelas 4 dan 5 memakai tematik integrasi untuk sekolah yang melakukan kurikulum 2013 tidak banyak ketidaksamaan, karena sekolah dasar semakin banyak pengalaman faktual.

Berlainan dengan sekolah menengah yang memakai pengalaman mata pelajaran secara utuh, meskipun pembelajarannya tidak memakai pengalaman metakognitif. Disaksikan dari jumlahnya jam mengajarkan (jjm), Guru SD/MI telah terlatih dengan skema 34 jam untuk guru kelas meskipun dalam DAPODIK jumlah jam mengajarnya tercantum cuma 24 jam pelajaran. Untuk guru mata pelajaran seperti guru PJOK, PAI, bahasa wilayah, bahasa inggris, Seni Budaya dan ketrampilan juga tidak begitu kesusahan menyesuaikan meskipun kurikulum di Indonesia alami gonta-ganti.

Penulis masih ingat, bekas Mendikbud RI Fuad Hassan pada saat aktif dalam melakukan pekerjaannya, pernah menjelaskan jika walapun terjadi gonjang-ganjing kurikulum, guru SD selalu harus jalan pada jalurnya. Seakan-akan guru ditingkat dasar ini jadi mesin untuk pabriknya, selalu harus ikuti standard operasional proses yang sudah diputuskan. Guru SD/MI dapat digambarkan sebagai petani.

Saat menanam benih tanaman, selanjutnya mendadak terjadi kemarau karena itu guru ini tetap harus menanam tanaman itu, meskipun air hujan tidak turun. Dengan semua kekuatannya tanaman itu ditaruh di tempat yang pantas, disiram dan dikasih pupuk agar tumbuh sebagus mungkin. Maknanya, guru SD/MI memberi dasar untuk peserta didik sebagai penyiapan untuk masuk pendidikan menengah.

Unit pendidikan sekolah dasar sebagai sisi dari mekanisme pendidikan nasional yang mempunyai peran yang penting dalam tingkatkan sumber daya manusia. Lewat pendidikan di sekolah dasar diharap akan hasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Sekarang ini, banyak angkatan penerus bangsa yang pintar secara akademis, tapi kurang kuat dalam tataran sikap dan sikap.

Disini peranan guru SD / MI dalam manfaatkan kearifan lokal yang ada didaerah sekitaran sekolah yang selanjutnya diintegrasikan dalam pembelajaran. Kearifan lokal sebagai produk budaya masa lampau yang pantas secara terus-terusan jadi pegangan hidup. Walau berharga lokal, tapi nilai yang terdapat di dalamnya dipandang benar-benar universal.

Disamping itu, guru SD/MI diharuskan sanggup untuk memberikan nilai-nilai nasionalisme yang menyambungkan dengan kearifan lokal. Diharap peserta didik mempunyai kearifan lokalnya sendiri hingga memunculkan kesayangan pada budayanya sendiri.

Dengan melakukan pekerjaannya semacam ini, memiliki arti guru di pendidikan dasar ini mempunyai jiwa idealis dalam melakukan kewajibannya maknanya mempunyai langkah pandang kedepan. Guru SD/MI harus menolong peserta didik untuk raih cita-citanya di periode depan.

Guru SD/MI itu harus jadi guru yang paripurna. Tetapi guru bukan figur wayang Gatotkaca yang sanggup terbang. Guru SD/MI mengajarkan semua mata pelajaran, terkecuali pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Pendidikan Agama, itu juga bila gurunya disiapkan oleh Pemerintah.

Guru SD/MI bukan hanya melakukan kewajibannya membuat individu yang siap ke arah tingkatan sekolah yang semakin tinggi, tapi juga menggerakkan peserta didik supaya sanggup berkompetisi di sekolah menengah. Guru SD/MI sebagai peleletak dasar pendidikan di Indonesia, harus juga disiplin, pas pas jumlah dan kualitas. Berdasar penskalaan di sekolah dasar, kekurangan guru sering terjadi.

Meskipun tidak ada jam pelajarannnya, guru SD/MI harus pergi pagi, masuk jam 07.00 dan pulang sesuai ketetapan tiap hari. Jadi guru SD/MI liburan cuma di hari minggu, hari nasional dan liburan semester (bila dilihat perlu). Bila saja di SD/MI diterapkan guru mata pelajaran, dengan hilangkan guru kelas (meskipun tidak mungkin), belum pasti hasil pengajarannnya juga lebih baik. Justeru menambahkan permasalahan baru.

Bahkan juga, masih tetap ada guru SD/MI yang merangkap jadi penjaga sekolah, merangkap jadi tata usaha, merangkap jadi bendahara sekolah dan merangkap jadi operator dapodik. Sebetulnya guru SD/MI mampu menunjukkan beberapa sisa kejayannya karena sebagian besar guru SD/MI ada banyak ditempati oleh alumnus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) / Sekolah Guru Agama (SGA) yang notabene mempunyai kekuatan didaktik metodiknya lebih menawan dan prima.

Seandainya saja terjadi perputaran di antara guru SD/MI dengan dengan guru SMP/MTs atau ganti dengan guru SMA/SMK/MA, belum pasti guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA ingin tukar tempat kerjanya dengan guru SD, walau guru SD belum pasti bisa juga mengajarkan di sekolah menengah karena tingkat dan kandungan keilmuannya belum sesuai.

Memang tidak ada angket simpel mengenai hal ini. Tetapi, ini bisa jadi jadi masalah untuk memberikan keteguhan mengenai revolusi mental.

Y.B. Mangunwijaya (Romo Mangun) seorang pengajar dan sastrawan mempunyai kedukaan pada mekanisme pendidikan di Indonesia. Dia merealisasikannya dengan membangun Yayasan Dinamika Pembelajaran Dasar. Romo Mangun pernah berbicara jika saya wafat, diamkan saya wafat sebagai guru sekolah dasar.

Untuk Romo Mangun, pendidikan dasar lebih penting dibanding pendidikan tinggi. Tersebut penyebabnya, dia juga pernah berkata, "Biarkanlah pendidikan tinggi berengsek dan acak-acakan. Tetapi, kita jangan telantarkan pendidikan dasar."

Penulis mengaitkan jika pendidikan dasar, menengah dan tinggi ialah ikatan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, jangan jadi dikotomi apa lagi friksi. Harus jadi satu kesatuan yang utuh. Semoga pendidikan dasar jadi peletak dasar pendidikan dan sanggup mempersiapkan peserta didik ke tingkatan yang semakin tinggi secara baik ke arah manusia Indonesia yang jujur, bermoral mulia, pintar, berdikari, trampil dan bermanfaat untuk bangsa dan nusa.

Keutamaan pendidikan dalam lebih memajukan bangsa jadi fokus utama khusus yakni menempatkan keutamaan pendidikan dalam konsetelasi pembangunan bangsa memiliki arti menghargakan kelebihan guru, sesuai topik Hari Ulangi Tahun Ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional tahun 2019 yakni "Peranan vital Guru dalam merealisasikan Indonesia Unggul ".Mudah-mudahan terkabulkan, Aamiin.


Sumber Oleh : HISTATO DAYANTO KOBASAH
Sekretaris PGRI Kota Sukabumi
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url