Mengenal Komponen RPP Merdeka Belajar 2022
Komponen RPP Saat sebelum Merdeka Belajar
Peringkasan RPP sebagai perampingan RPP bila dilihat dari komponen penyusunnya. Saat sebelum ada program Merdeka Belajar, dasar hukum yang atur RPP ialah Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Dalam peraturan itu, dipastikan jika arah RPP ialah membuat pembelajaran yang berjalan secara interaktif, menginspirasi, membahagiakan, melawan, efektif, berikan motivasi peserta didik untuk berperan serta aktif, dan memberi ruangan yang cukup untuk prakarsa, kreasi, dan kemandirian sesuai talenta, ketertarikan, dan perubahan fisik dan psikis peserta didik. Berdasar permendikbud ini, komponen RPP mencakup (1) identitas sekolah, (2) identitas mata pelajaran, (3) kelas/semester, (4) materi dasar, (5) peruntukan waktu, (6) kapabilitas dasar dan tanda perolehan kapabilitas, (7) arah pembelajaran, (8) materi pembelajaran, (9) sistem pembelajaran, (10) media pembelajaran, (11) sumber belajar, (12) beberapa langkah pembelajaran, dan (13) penilaian.
Komponen RPP saat sebelum peraturan Merdeka Belajar memang kelihatan benar-benar padat, ada tiga belas komponen yang harus dicantumkan. Melihat dari pengalaman penulis saat jadi guru SD dan narasi kawan-kawan seprofesi, jumlah halaman RPP sekitar 12-18 halaman berikut dengan tambahan penilaiannya dan materi. Bahkan juga, ada RPP lebih dari 25 halaman karena rincian materi dan penilaian yang lebih detil.
Itu cuma untuk 1x pembelajaran. Guru SD yang mengajarkan di kelas rendah harus menyiapkan 192 RPP untuk pembelajaran satu tahun atau 96 RPP untuk satu semester. Maka bila ketebalan satu RPP ialah 12 halaman, karena itu ada 2.304 halaman untuk pembelajaran satu tahun atau 1.152 halaman untuk pembelajaran satu semester.
Komponen RPP Sesudah Merdeka Belajar
Menyiapkan document RPP yang banyaknya beberapa ribu halaman pasti bukan tugas mudah. Saat yang seharusnya dapat dipakai untuk proses pembelajaran dan penilaian, terkuras untuk membuat RPP. Belum juga bila guru harus kerjakan beberapa tugas lain dari sekolah.
Untuk efektivitas waktu dan tenaga guru, pada akhirnya Kemendikbud RI merampingkan intisari RPP lewat peraturan Merdeka Belajar. Dalam peraturan itu diterangkan jika RPP cuma terdiri dari tiga komponen pokok, yakni (1) arah pembelajaran, (2) aktivitas pembelajaran, dan (3) asesmen. Dengan catatan jika komponen RPP yang lain memiliki sifat pendamping dan bisa diputuskan secara berdikari, maknanya bisa diikutkan, bisa tidak, tergantung keperluan.
Dengan komponen pokok yang cuma 3 faktor ini, seharusnya RPP itu sejumlah 1 halaman saja. Berdasar jumlah ini, tentu saja guru SD kelas rendah perlu sediakan 96 halaman RPP untuk pembelajaran sepanjang 1 semester atau 192 halaman RPP untuk pembelajaran 1 tahun. Jumlah yang lebih rendah serta lebih efektif dibandingkan RPP saat sebelum peraturan Merdeka Belajar. Menurut surat selebaran itu, dengan dilakukan efektivitas RPP, guru mempunyai lebih beberapa waktu untuk mempersipakan dan mengevalusi proses pembelajaran itu sendiri.
RPP Satu Halaman, Efektifkah?
Lalu, apa RPP mode minimalis ini efisien dipakai dalam pembelajaran? Sampai sekarang ini ada banyak faksi yang menyangsikan hal itu. Saat sebelum mengulas lebih jauh, silahkan kita pelajari lebih dulu makna kata "efisien ".Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisien disimpulkan sebagai ‘manjur' atau ‘membawa hasil'. Dengan begitu, apa RPP lengkap dengan 3 belas komponen penyusun sanggup memberi hasil baik dalam pembelajaran? Apa RPP minimalis yang terdiri dari tiga komponen tidak sanggup memberi hasil baik dalam pembelajaran?
Ke-2 pertanyaan itu tidak langsung dapat dijawab, karena yang tentukan kesuksesan sebuah pembelajaran tidak cuma RPP. Lalu, buat apa ada RPP bila keberhasilan pembelajaran dikuasai beberapa hal? RPP ialah pedoman, RPP ialah kontrol untuk guru untuk melakukan pembelajaran. Action guru yang bagus pasti bermula dari pedoman yang baik.
Sebetulnya, pokok gagasan pembelajaran terpusat pada perolehan pembelajaran, penilaian, dan penerapan. Perolehan pembelajaran ialah bill belajar, sebagai kapabilitas yang perlu terkuasai sesudah ikuti pembelajaran. Perolehan pembelajaran terangkum dalam arah pembelajaran yang disebut jabaran dari tanda dan tanda tersebut mengarah pada kapabilitas dasar. Karena itu, dengan mencatumkan arah pembelajaran, sebenarnya tanda dan kapabilitas dasar telah terangkum di dalamnya.
Marwah sebuah pembelajaran berada pada aktivitas pembelajaran. Cuaca dan situasi pembelajaran, dan minat dan rasa jemu pelajar bisa disaksikan dari aktivitas pembelajaran. Disamping itu, bagaimanakah mungkin pembelajaran bisa terjadi bila aktivitas pembelajarannya tidak ada.
Arah penerapan pembelajaran ialah memberi pengalaman belajar yang memikat, tingkatkan pengetahuan dan pengetahuan pelajar, menghitung tingkat pengetahuan itu, dan tentukan tidak lanjut. Untuk melakukan ini diperlukan asesmen atau penilaian. Karena, tercapainya pembelajaran perlu diukur dan dipastikan, baik secara kuntitatif (angka) atau kualitatif (deskripsi).
Walau cuma terdiri dari tiga komponen, tapi karena karakternya pokok dan mempunyai posisi lebih bernilai dari komponen lain, RPP 1 halaman masih tetap dapat menjadi pedoman untuk melakukan pembelajaran yang efektif.
Namun supaya ini terwujud secara baik, ada banyak catatan yang penting jadi perhatian, yakni (1) jika ide "man behind the gun" terjadi dalam pembelajaran. Sebaik apa saja media pembelajarannya, semaksimal apa saja gagasan pembelajarannya, bila gurunya tidak kapabel, hasilnya tidak memberikan kepuasan. Maknanya, baik RPP 13 komponen atau RPP 3 komponen, masih tetap membutuhkan action optimal dari guru yang kompeten. (2) Guru yang kapabel dan professional pasti memahami jika 30% waktu guru di sekolah dipakai untuk asesmen. Tujuannya, RPP 1 halaman harus tetap disokong dengan tambahan asesmen. Dalam RPP 1 halaman, faktor penilaian cuma berisi wujud penilaian sesuai tipe penilaiannya tanpa kepastian berkenaan instrument yang dipakai dalam penilaian itu. Apa lagi untuk penilaian pembelajaran benar-benar tidak terang tindak lanjutnya. Guru harus tetap punyai draf penilaian yang terang supaya tingkat pengetahuan pelajar betul-betul terarah sesuai semestinya.
Ada yang penting diakui di sini, jika Kurikulum 2013 dibuat untuk mempermudah guru melakukan pembelajaran dan menyiapkan. Kapabilitas dasar, arah pembelajaran, media dan alat pembelajaran, cara aktivitas pembelajaran, bahkan juga pedoman penilaian ada dalam buku guru. Peranan RPP dalam Kurikulum 2013 sebenarnya telah terpindahkan karena ada buku guru. Keadaan yang paling berlainan dengan kurikulum awalnya, di mana tanda, arah pembelajaran, cara aktivitas pembelajaran, dan penilaian harus diuraikan sendiri oleh guru. (*)