Struktur Kurikulum Merdeka Belajar

guruedukasi - Kurikulum merdeka mempunyai dua stuktur khusus yaitu: aktivitas yang memiliki sifat intrakurikuler dan aktivitas yang memiliki sifat projek baik secara perorangan atau barisan yang proses aplikasinya diberikan seutuhnya ke sekolah atau tenaga pengajar setiap mata pelajarannya.

Kurikulum merdeka mempunyai ketidaksamaan dalam soal jam pelajaran atau waktu. Bila kurikulum 2013 lebih hitung jumlah jam pelajaran berdasar perhitungan minggu, karena itu kurikulum prototipe hitung jam pelajaran berdasar tahun.

Sama waktu jam pelajaran yang berdasar tahun ini akan mempermudah faksi sekolah untuk atur kegiatan evaluasi, misalnya: mata pelajaran yang belum diberikan pada semester genap dapat diberikan pada semester ganjil demikian juga kebalikannya atau sesuaikan jam pelajaran tiap tahunnya.

Seterusnya, ketidaksamaan kurikulum prototipe dengan kurikulum 2013 jika tak lagi dikenali istilah kapabilitas pokok atau kapabilitas dasar tetapi ditukar dengan perolehan evaluasi yang diikuti dengan hasil sudah diraih berbentuk sikap atau ketrampilan siswa pada sebuah kesatuan yang sama-sama berkaitan erat dan berpengaruh langsung pada kapabilitas setiap pelajarnya.

Mudah-mudahan keterangan ini memberikan wacana buat bapak ibu guru masalah ketidaksamaan kurikulum merdeka dan kurikulum 2013

Mengapa Kurikulum Merdeka Lebih Unggul Dibanding Kurikulum 2013? Ini Penjelasannya.

Kemdikbudristek atau Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tehnologi mengeluarkan kurikulum baru yang diberi nama kurikulum merdeka. Ini jadi udara segar untuk dunia pendidikan di Indonesia apa lagi dalam rencana membenahi kritis pendidikan di Indonesia.

Banyak guru kebingungan mengapa ada apakah dengan peraturan kemdikbud ristek ini. Kemungkinan beberapa guru di sini mempunyai pertanyaan, kenapa tinggalkan kurikulum 2013? dan berpindah ke kurikulum merdeka? teman dekat yoru silahkan kita ulas

Ada banyak hasil penilaian document dan hasil penilaian implikasi kurikulum 2013.

Hasil Penilaian Document Kurikulum 2013

  1. Banyak factor jika kurikulum 2013 harus di ganti
  2. Pertama Kapabilitas Kurikulum 2013 terlampau luas, susah dimengerti, dan diterapkan oleh guru.
  3. Kurikulum yang dirumuskan secara nasional belum disamakan seutuhnya oleh unit pendidikan dengan keadaan dan keperluan unit pendidikan, peserta didik, dan wilayah.
  4. Mapel informatika memiliki sifat opsi, walau sebenarnya kapabilitas tehnologi sebagai salah satunya kapabilitas penting yang penting dipunyai oleh peserta didik pada era 21.
  5. Pengaturan jam belajar memakai unit minggu (/minggu) tidak memberi kelonggaran ke unit pendidikan untuk atur penerapan mata pelajaran dan membuat kalender pengajaran. Mengakibatkan, aktivitas evaluasi jadi padat.
  6. Pendekatan tematik (tingkatan PAUD dan SD) dan mata pelajaran (tingkatan SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) sebagai salah satu pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa opsi pendekatan lain
  7. Struktur kurikulum pada tingkatan SMA yang berisi mata pelajaran opsi (pecintaan) kurang memberi kelonggaran untuk siswa untuk pilih selainnya pecintaan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi pecintaan dipersepsi hirarkis.
  8. Komponen piranti evaluasi kebanyakan dan merepotkan guru saat membuat rencana.
  9. Rumusan kapabilitas yang detail dan terpisah-pisah susah dimengerti hingga guru kesusahan mengartikan dalam evaluasi yang sama sesuai filosofi Kurikulum 2013.
  10. Strategi publikasi, training, pengiringan, dan pantauan implikasi Kurikulum 2013 belum terwujud dengan tepat dan maksimal, belum variasi, belum sesuai belum efisien, dan keperluan. Contoh masalah: publikasi tidaklah sampai langsung ke tingkat gugusan, penyeleksian pelatih diputuskan sentralistik hingga tidak sesuai dengan keperluan, dan training masih dilaksanakan secara konservatif dengan khotbah yang condong teoretik.
  11. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai rangka dasar, penganekaragaman, dan ide implikasi Kurikulum 2013.
  12. Sosialisasi, training, pengiringan, dan pantauan implikasi Kurikulum 2013 belum berpengaruh maksimal pada pengetahuan pengawas, kepala sekolah, dan guru, kekuatan dan

Dari point di atas di atas, didapat ada 3 argumen kenapa tinggalkan kurikulum 2013 dan berpindah ke kurikulum merdeka, yakni:

1. Miskonsepsi Kapabilitas

  • Sudah kenal kembali dengan kapabilitas dalam kurikulum 2013, yakni idenya ialah kesatuan di antara sikap, pengetahuan, dan ketrampilan seorang lakukan satu performa tertentu dalam ulasan ini subjeknya ialah pelajar.
  • Yang terjadi dalam kurikulum 2013 yakni kapabilitas di turunkan jadi 3 elemen berlainan yakni sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
  • Hal itu menyebabkan guru alami kesusahan mengajarkan dan siswa alami kesusahan belajar karena proses penilaian yang sulit dan habiskan energi untuk membandingkan di antara penilain sikap, ketrampilan dan pengetahuan.

2. Tuntutan Terlampau Tinggi

  • Tujuan dari evaluasi yakni student centered atau terpusat pada siswa, arah evaluasi esesnsial yang sama sesuai pada perubahan anak yakni yang berkaitan, realitas tapi masih tetap melawan untuk siswa untuk selalu dapat belajar.
  • Dalam kurikulum 2013 arah evaluasi dipandang terlampau tinggi, di kejar- kejar untuk menuntaskan banyak materi dalam saat yang sudah di tetapkan, dan daya berpikir siswa berbeda- beda.
  • Akibatnya guru alami kesusahan mengajarkan dengan tuntutan menyelesaikan content hingga terjerat pada langkah mengajarkan satu arah. Tidak ada ruangan kreasi untuk guru. Selainnya guru alami kesusahan, hal yang juga sama di rasakan oleh siswa yang perlu dituntut pelajari banyak content hingga cuma belajar hafalan dan tidak memperoleh pengetahuan secara utuh.

3. Batas waktu terlampau kaku

  • Satuan pendidikan dan guru bisa lakukan rekonsilasi durasssi dan kecepatan pembalajaran sesuai kubutuhan kerangka lokal dan siswa.
  • Dalam kurikulum 2013, penataan durasi waktu evaluasi tiap arah evaluasi digembok dalam unit minggu. Tidak dapat disamakan oleh guru dan unit pendidikan
  • Akibatnya guru jadi alami kesusahan dalam mengajarkan, walau guru ketahui jika pelajarnya belum memahami tapi mau tak mau meneruskan evaluasi selanjutnya. Disamping itu, siswa alami kesusahan dipaksakan untuk pelajari pengetahuan yang terlampau kompleks.

Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian yakni jika sepanjang wabah, saat unit pendidikan dapat pilih kurikulum 2013, kurikulum genting atau kurikulum prototipe yang sekarang ini jadi kurikulum merdeka.

Peringkasan kurikulum berbentuk kurikulum pada keadaan khusus (kurikulum genting) efisien memitigasi ketinggalan evaluasi (learning loss) pada periode pademi COVID-19.

Pada sekolah yang mengaplikasikan kurikulum 2013 alami learning loss sebesar lima bulan evaluasi, dan pada sekolah yang mengaplikasikan kurikulum genting cuma alami learning loss sepanjang 1 bulan. Sudah pasti ini hasil yang mengagetkan.

Survey pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kab/kota dari 8 propinsi memperlihatkan ketidaksamaan hasil belajar yang berarti di antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat.

Keinginannya dengan kehadiran Kurikulum Merdeka akan sanggup menangani kritis pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia jadi lebih baik.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url