Ciri-ciri Guru yang Baik dan Ideal
guruedukasi - Keliatannya jadi seorang guru yang baik dan ideal itu tidak mudah. Apalagi kelompok guru yang baik itu betul-betul relatif dan subjektif. Berbeda jadi guru bergelar profesional atau guru berprestasi. Ini jelas pertanda penilaiannya. Tentu syarat ujiannya.
Thomas Gordon telah memberikan beberapa pemahaman guru yang baik. Ia seorang eksekutor bermacam training keterampilan yang populer di Amerika Serikat. Keluarkan sebuah buku yang cukup terkenal dimanapun.
Gordon telah mengenal 8 doktrin pemahaman guru yang baik melalui bukunya yang dengan judul: Teacher Efekiveness Training.
Beberapa ciri Guru yang Baik
Diambil dari situs matrapendidikan.com, berikut sejumlah ciri guru yang baik menurut Thomas Gordon:
- Tenang dan tidak menunjukkan emosi yang berpijar,
- Tidak mempunyai prasangka yang buruk ke peserta didiknya,
- Bisa menyembunyikan hatinya dari peserta didik,
- Melihat semua peserta didik sama,
- Sanggup membuat lingkungan belajar yang menyenangkan, bebas, motivator, dan semangat,
- Stabil, tidak berubah-ubah pendirian dan jarang kerjakan kesalahan,
- Pintar, bijak dalam perlakukan siswa dan mampu jawab pertanyaan siswa,
- Mampu memberikan kontributor dengan maksimal ke peserta didik.
Jika menjadi perhatian poin untuk poin ke delapan ciri itu, ternyata guru yang baik supaya lebih dalam segala hal dari sebagian orang pada umumnya.
Supaya lebih ketahui, lebih memiliki pengetahuan dan pengetahuan, lebih sempurna dari sebagian orang lain. Guru harus mampu tangani kekurangan manusia lain!
Tidak ada manusia biasa yang mampu jadi guru sesuai sama beberapa ciri itu. Bila ada, itu hanya doktrin atau cerita kangan-angan semata-mata.
Tetapi dari 8 ciri itu, beberapa poin satu diantaranya peluang dimiliki oleh guru.
Beberapa ciri guru Ideal
Jadi guru ideal adalah mimpi setiap pendidik; figurnya selalu didambakan oleh peserta didik. Guru ideal mampu menyelami hati peserta didiknya sampai ia jadi pteladan untuk lingkungannya. Guru ideal selalu dirindukan karena mampu membuat karakter setiap peserta didiknya.
Guru ideal sebagai alternative orang-tua yang mampu memberikan edukasi kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk anak didiknya.
Figure yang mampu membuat keadaan kelas semakin hidup, lebih aktif, dan menyenangkan. Guru ideal tak pernah kekurangan cara untuk mentransfer ilmunya jadi penilaian riel.
Guru ideal sanggup "menghipnotis" peserta didiknya, dari yang awalnya murung, berduka, kurang semangat, dan malas, jadi ceria dan mampu raih tekadnya.
Figure guru seperti itu yang dirindukan oleh peserta didik. Figure yang pahami akan tanggung-jawab dan kerjanya, dan karakter setiap peserta didiknya.
Guru ideal tidak cukup cuma bisa mengajari atau menjelaskan pelajaran sampai jadi mudah dipahami. Terlalu sempit bila guru ideal diambil kesimpulan cuma keterampilan profesi atau pekerjaan.
Diambil dari situs rise.smeru.or.id, Guru ideal juga harus memiliki beberapa ciri berikut:
- Sanggup membuat karakter penilaian yang mengena di hati peserta didik. Dengan demikian, penilaian yang kontekstual bisa juga direalisasikan.
- Sanggup menjawab semua halangan zaman dengan sesuaikan dengan peralihan teknologi yang semakin maju.
- Sanggup disiplin dengan waktu, terhitung dalam menerapkannya ke penilaian.
- Sanggup mengatur emosi sampai tidak mengganggu proses mengajari. Dengan demikian, ia dapat bijak dalam menanggapi bermacam permasalahan.
- Sanggup membuat materi penilaian yang memancing kreativitas dan peningkatan. Dengan demikian, aktivitas belajar tidak cuma transfer of knowledge, tetapi lebih ke penilaian yang bermakna (meaningful learning).
- Sanggup membuat ide penilaian yang dapat ditangani.
Pembahasan seperti itu yang dapat diperlihatkan saat seorang pendidik masuk ke dunia edukasi.
Guru tidak cuma memiliki satu type kecerdasan, tapi kombinasi dari bermacam bidang kecerdasan yang terpancar dari karakter dan sikapnya.
Guru juga harus memiliki empat kompetensi dasar seperti diamanatkan oleh Undang-Undang No. 14/2015 berkenaan Guru dan Dosen, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi personalitas, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.